9 Juni 2011

Eksperimen Martabak Manis

Dulu kala sempat mengira bahwa membuat martabak manis itu mudah, mengingat betapa banyaknya dijual di pinggir jalan. Namun setelah mencoba membuatnya, baru tahu bahwa cukup tricky juga.

Resep yang kupakai untuk eksperimen yang pertama kali adalah resep dari Sisca Soewitomo, menghasilkan rasa yang cukup enak, tetapi pori-porinya belum memuaskan karena hanya kecil-kecil tidak seperti yang dijual di abang pinggir jalan. Tidak puas juga dengan bentuknya yang hanya seperti pancake, karena belum punya cetakan martabak yang memadai.

Pada eksperimen kedua aku menggunakan resep Tuti Soenardi, hasilnya hampir sama, kurang memuaskan.

Eksperimen ketiga menggunakan wajan Happy Call. Resep yang dipakai punya Sisca Soewitomo seperti pada eksperimen pertama. Kali ini dapat mencetak martabak dengan agak tebal, dan pori-porinya sangat banyak. Menurutku terlalu banyak malah, mungkin terlalu banyak memberi raginya.

Sudah tiga kali belum membuahkan hasil yang memuaskan. Akhirnya istirahat dulu bereksperimen dengan martabak manis.

Belum lama ini, lumayan banyak komporan di NCC untuk membuat laporan martabak manis, akhirnya aku beranikan diri untuk membuat lagi. Kali ini aku memilih resep yang tanpa ragi. Karena aku baru tahu ternyata martabak yang dijual di pinggir jalan itu adalah martabak tanpa ragi.

Eksperimen pertama menggunakan resep tanpa ragi, aku pilih yang ekonomis, dari blog Kitchen Corner. Jadi kalaupun gagal tidak terlalu rugi. Aku juga buatnya hanya 1/4 resep. Aku ikuti step-nya plek. Tapi rada bingung ada yang kontradiktif antara keterangan yang tertera pada bahan dan pada cara membuat.

BAHAN ADONAN DASAR
1 kg tepung terigu (kunci/cakra) (aku biasa ayak dulu sampai 3x bareng soda kue)


CARA MEMBUAT
Kocok telur, gula, garam, vanili, soda kue, sepuhan dan air dengan kecepatan tinggi (full speed) sampai naik

Karena soda kue sudah terlanjur aku campur di tepung, sedangkan pada cara membuatnya soda kue dikocok bareng telur dll, maka jadi bingung. Akhirnya kutambahkan soda kue pada pengocokan telur. Mungkin karena ini jadi martabakku agak getir. Rasa juga kurang gurih karena cairannya aku pakai benar-benar air, tidak diganti dengan susu atau santan. Tapi teksturnya dah bagus. Sesuai dengan yang diharapkan. Warna juga bagus. Ini gambarnya:



Eksperimen kedua martabak manis tanpa ragi, aku memakai resep dari Liong Cake's. Hanya setengah resep. Karena tidak punya cetakan kue lumpur, dicetaknya di Happy Call. Tapi mungkin karena faktor susu yang dipakai masih dingin, dan nyetaknya ketebelan jadinya kurang berpori dan bawahnya sudah gosong. Tapi rasa lebih enak. Jelas karena pakai susu.

Tidak menyerah dengan eksperimen kedua, aku coba lagi. Dan kali ini aku sudah punya cetakan kue lumpur. Susunya dihangatkan dulu sebentar di microwave, sehingga bersuhu kamar. Soda kue aku cairkan dulu dengan sedikit air, seperti pada eksperimen pertama, dan aku taburkan sedikit terigu ke dalam cetakan untuk membersihkan minyak sebelum menuang adonan, juga sama seperti pada eksperimen pertama. Hasilnya memuaskan. Rasa, tekstur, semuanya sesuai harapan. Aku juga suka kriuk-kriuk yang terbentuk di pinggiran martabaknya, yang tidak bisa kubuat kalau menggunakan wajan Happy Call. Setengah bagian yang kubuat dengan pasta pandan sudah habis oleh anakku dan dua temannya. Ini yang sempat difoto hanya yang pakai pasta coklat.


21 Mei 2011

Eksperimen Bolu Kukus 3

Kali ini aku bereksperimen dengan menggunakan resep Bolu Kukus Ceria by Vivi Liong. Tapi pencampuran tepung ke dalam adonan, menggunakan mikser seperti pada Eksperimen Bolu Kukus yang pertama. Aku takut kalau menggunakan sendok kayu, hasilnya akan kurang bercampur rata.

Hasilnya, merekah sempurna, dan tidak terlalu ngapas. Aku putuskan aku paling cocok menggunakan resep ini. Aku juga suka resep ini karena tidak menggunakan minuman bersoda.

14 April 2011

Eksperimen Bolu Kukus 2

Aku mau coba lagi, kali ini dengan setengah resep Bolu Kukus 10 Menit dengan modifikasi cairan yang aku tambah menjadi 200 ml. Cairan yang kupakai adalah jus Sunkist. Sedangkan essense yang kupakai adalah pasta Orange merk Kupu-kupu.

Terigu yang dipakai adalah Segitiga Biru. Bahan-bahan lain sama dengan percobaan pertama. Pada eksperimen kedua ini menghasilkan tekstur yang sama lembutnya, namun dengan rekahan yang tidak beraturan. Malah ada yang sompal. Soal rasa, lebih ringan karena tidak menggunakan susu.

Aku curiga ini karena pengaruh tepung yang dipakai dan komposisi tepung yang lebih banyak daripada percobaan pertama. Tapi mungkin juga pengaruh penggunaan BPDA untuk menggantikan air soda.

Ini gambar penampakannya.
Ini yang sompal:

 

12 April 2011

Eksperimen Bolu Kukus

Bereksperimen dengan bolu kukus sudah seperti ngidam saja. Sedianya akhir pekan yang lalu aku akan melakukannya. Namun ternyata ada tugas luar kota, sehingga aku harus menunda eksperimen ini. Akhirnya malam-malam aku kerjakan juga. Ini dia hasilnya.


Resep yang dipakai adalah Bolu Kukus Cantik by Heryanti Saleh, dengan sedikit modifikasi, menyesuaikan dengan yang ada di rumah.
Bahan :
2 butir telur
160 gr gula pasir
1 sdt munjung emulsifier (SP)
200 gr terigu kunci biru
100 ml santan Kara (aku ganti dengan 100 ml air dicampur dengan 4 sdm susu bubuk)
100 ml soda (sprite)
Cara :
  1. Mix telur, gula pasir dan ½ bagian emulsifier dengan kecepatan tinggi sampai putih mengembang.
  2. Masukkan terigu, santan dan sprite bergantian, mix dengan kecepatan rendah sampai habis.
  3. Masukkan sisa emulsifier dan mix adonan dengan kecepatan tinggi selama 5-7 menit.
  4. Siap di beri warna dan dimasukkan ke Loyang bolu kukus.
Untuk 10-13 loyang bolu kukus dengan diameter 4cm.
Tapi pada eksperimenku jadinya 17 loyang bolu kukus. Entah karena terlalu banyak menggunakan SP, atau terlalu sedikit menuangnya, atau loyangnya memang beda. Tidak tahulah. Yang jelas hasilnya enak dan lembut.

16 Maret 2011

Eksperimen Tahu Bulat

Sudah dua kali aku melakukan eksperimen tahu bulat. Eksperimen pertama gagal. Eksperimen kedua cukup sukses. Inilah hasilnya:



Hampir semua variable pada dua eksperimen Tahu Bulat ini berbeda:

1. Tahu
  • Eksperimen pertama: tahu yang dipakai adalah jenis yang dijual dalam keadaan sudah dipotong kecil-kecil, sudah ada di kulkas kurang lebih tiga hari.
  • Eksperimen kedua: tahunya masih segar, tahu jenis yang sama dengan yang pertama ditambah dengan satu tahu besar.
2. Alat untuk memeras, mengurangi kadar air pada tahu.
  • Eksperimen pertama: menggunakan kain tebal dengan bahan seperti yang dipakai untuk lap, kalau aku menyebutnya serbet. Tentu saja bukan yang sudah dipakai untuk lap.
  • Eksperimen kedua menggunakan kain yang tipis dan sangat renggang seratnya, sehingga lebih banyak air yang dapat diperas.
3. Pemakaian telur
  • Eksperimen pertama: tidak menggunakan telur
  • Eksperimen kedua: menggunakan telur
4. Wajan
  • Eksperimen pertama: menggunakan mini wok teflon, sehingga terlalu kecil dan sempit sehingga sulit membolak-balik tahu yang digoreng.
  • Eksperimen kedua: menggunakan wajan biasa, bukan teflon dengan minyak yang cukup banyak.
Aku tidak dapat menilai, variable mana yang menjadi kunci kesuksesan dari eksperimen Tahu Bulat yang kedua, karena banyak variabel yang berubah.